February 13, 2011

Uang...

Lima hari liburan, yang semestinya menyenangkan terasa sepi.., karena memang tidak pergi kemana-mana, bukan karena males atau gak ada tujuan tapi, karena alesan klasik yang menimpa banyak masyarakat khususnya di Indonesia saat ini yaitu.. Gak punya Duit.
Duit atau bahasa resminya adalah uang semakin terasa langka dan tidak berarti, entah mengapa beberapa hari ini barang yang bernama uang ini jarang menyambangi, apa mungkin tidak dicetak lagi atau mungkin habis diambilin koruptor sehingga tidakada yang mampir kesini.
Barang kebutuhan yang semakinmelonjak menuntut banyak orang untuk memburu duit. Tujuannya adalah untuk membeli barang itu…, namun orang yang sudah punya banyak duit dan udah melimpah kekayaanpun tetap memburu duit, tujuannya gak tau deh… mungkin untuk mempersulit orang lain mendapat duit sehingga ia bisa  memperdagangkan duit dan menukarnya dengan komoditi yang dia butuhkan (su’udzon aja ya..)
Sekarang harga tempe saja mahal, menyusul kenaikan harga cabe yang sudah beberapa minggu tidak turun turun, barang kebuthan lain pun tak mau kalah, saling bersaing menaikkan harga. Tak usah diceritakan lagi bagaimana kenaikan harga ini semakin menghimpit rakyat dalam memenuhi kebutuhan, karena kita semua sudah tahu…., sering kali aku merasa kasihan kalau melihat orang orang disekitar yang tidak punya uang bahkan untuk makan hari ini, banyak tukang becak yang susah mendapat penumpang karena dari pada naik becak orang orang lebih memilih jalan, lebih ngirit sambil olah raga.. terus kalau sudah seperti itu bagaimana nasib tukang becaknya..??? berjuang hari ini untuk makan hari ini, jika tidak berjuang ya tidak makan, tidak bias mengembangkan diri karena tiap hari disibukkan oleh urusan perut.. tidak ada kesempatan.. tidak sempat untuk berharap..
Sebenarnya ada banyak barang untuk semua orang, ada cukup barang bahkan untuk kita semua sedunia dan seluar angkasa. Keserakahan kitalah yang membuat kita menumpuk barang-barang yang mungkin juga tidak terlalu kita perlukan, keserakahan kita yang membuat kita tidak mau berbagi,  ketakutan akan hari esok tidak ada barang lagi untuk kita, ditambah lagi dengan sikap membandingkan diri kita dengan orang orang lain yang kelihatannya memiliki segalanya. Namun kita mesti sadar, kita itukan manusia, semua manusia itu sama saja,punyaperasaan yang sama, punya kebutuhan yang sama, yang membedakan itu kan  keadaannya, kesempatannya dan dihadapan Tuhan hanya keimananlah yang membedakan. Maka secara logika seharusnya kita mendahulukan keimanan dari pada menumpuk harta untuk sebuah kesenangan yang belum tentu kita nikmati…

February 06, 2011

Mendung Januari ...

Banyak hal yang terjadi dalam dua bulan ini, diakhir desember 2010 aku kejogja untuk menunggu simbah karena sakitnya kian parah, simbah putri dibawa ke rumah sakit puri husada di bantarjo.  setelah sekitar sepuluh hari ada perbaikan dengan kesehatannya, setelah kami konsultasikan pada beberapa dokter disana (karena system yang ada dirumah sakit tersebut tidak menunjuk satu dokter untuk mengawasi pasien secara khusus, maka kami bertanya kepada setiap dokter yang selesai memeriksa), dokter menyarankan bahwa pasien bias dibawa pulang, proses kepulangan diurus oleh bulek, walaupun disurat tersebut ditulis apk (atas permintaan sendiri) namun tak apalah karena beberapa dokter sudah menyarankan untuk pulang dan mbah putri sendiri sudah ingin pulang.
Setelah simbah pulang maka hari berikutnya akupun kembali ke Surabaya, kuliah, namun dua hari kemudian selasa pagi tanggal 4 januari ada kabar bahwa simbah telah meninggal dunia, hari itu juga aku langsung ke jogja dengan naik kereta sancaka pagi, aku sampai disana sekitar setengah dua dan simbah sudah diberangkatkan kekuburan, aku ketemu dijalan dan langsung ikut mengantarkan kekuburan.
Hari berikutnya aku pulang kembali ke Surabaya karena harus mengikuti ujian SIM pada hari kamisnya. Sebenarnya ujian sudah dimulai sejak hari rabu, namun berkat kebijakan bapak guru saya diperbolehkan ijin dan mengikuti ujian pada saat kelompok saya presentasi yaitu hari kamis.