Lima hari liburan, yang semestinya menyenangkan terasa sepi.., karena memang tidak pergi kemana-mana, bukan karena males atau gak ada tujuan tapi, karena alesan klasik yang menimpa banyak masyarakat khususnya di Indonesia saat ini yaitu.. Gak punya Duit.
Duit atau bahasa resminya adalah uang semakin terasa langka dan tidak berarti, entah mengapa beberapa hari ini barang yang bernama uang ini jarang menyambangi, apa mungkin tidak dicetak lagi atau mungkin habis diambilin koruptor sehingga tidakada yang mampir kesini.
Barang kebutuhan yang semakinmelonjak menuntut banyak orang untuk memburu duit. Tujuannya adalah untuk membeli barang itu…, namun orang yang sudah punya banyak duit dan udah melimpah kekayaanpun tetap memburu duit, tujuannya gak tau deh… mungkin untuk mempersulit orang lain mendapat duit sehingga ia bisa memperdagangkan duit dan menukarnya dengan komoditi yang dia butuhkan (su’udzon aja ya..)
Sekarang harga tempe saja mahal, menyusul kenaikan harga cabe yang sudah beberapa minggu tidak turun turun, barang kebuthan lain pun tak mau kalah, saling bersaing menaikkan harga. Tak usah diceritakan lagi bagaimana kenaikan harga ini semakin menghimpit rakyat dalam memenuhi kebutuhan, karena kita semua sudah tahu…., sering kali aku merasa kasihan kalau melihat orang orang disekitar yang tidak punya uang bahkan untuk makan hari ini, banyak tukang becak yang susah mendapat penumpang karena dari pada naik becak orang orang lebih memilih jalan, lebih ngirit sambil olah raga.. terus kalau sudah seperti itu bagaimana nasib tukang becaknya..??? berjuang hari ini untuk makan hari ini, jika tidak berjuang ya tidak makan, tidak bias mengembangkan diri karena tiap hari disibukkan oleh urusan perut.. tidak ada kesempatan.. tidak sempat untuk berharap..
Sebenarnya ada banyak barang untuk semua orang, ada cukup barang bahkan untuk kita semua sedunia dan seluar angkasa. Keserakahan kitalah yang membuat kita menumpuk barang-barang yang mungkin juga tidak terlalu kita perlukan, keserakahan kita yang membuat kita tidak mau berbagi, ketakutan akan hari esok tidak ada barang lagi untuk kita, ditambah lagi dengan sikap membandingkan diri kita dengan orang orang lain yang kelihatannya memiliki segalanya. Namun kita mesti sadar, kita itukan manusia, semua manusia itu sama saja,punyaperasaan yang sama, punya kebutuhan yang sama, yang membedakan itu kan keadaannya, kesempatannya dan dihadapan Tuhan hanya keimananlah yang membedakan. Maka secara logika seharusnya kita mendahulukan keimanan dari pada menumpuk harta untuk sebuah kesenangan yang belum tentu kita nikmati…